
TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace pada Jumat (25/2/2022) mengatakan, Rusia bertujuan merebut seluruh Ukraina, tetapi militer gagal melakukannya di hari pertama invasi.
Dilansir Reuters, Rusia melancarkan serangan lewat darat, udara, dan maritim mulai Kamis (24/2/2022) setelah Presiden Vladimir Putin mengutus pasukan.
Ini menjadi serangan paling besar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Pada Jumat (25/2/2022) ini, rudal memukul Kyiv, Ibu Kota Ukraina yang pertanda pergerakan pasukan Rusia kian dekat.
Di di saat yang sama, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memohon terhadap dunia untuk berbuat lebih banyak terkait gerakan Rusia.

Menurutnya, hukuman yang dijatuhkan terhadap Moskow tidak cukup.
“Ini terang persepsi kami bahwa Rusia bertujuan untuk menyerang seluruh Ukraina,” kata Wallace terhadap Sky.
Putin mengatakan, negaranya melaksanakan operasi militer khusus untuk menghentikan pemerintah Ukraina melaksanakan genosida terhadap rakyatnya sendiri.
Tuduhan ini dinilai tidak berdasar oleh Barat.
Putin juga menyebut, Ukraina yakni negara yang tidak sah dan tanahnya secara historis milik Rusia.
Wallace menyebut pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999 itu tidak masuk akal.
“Saya sungguh-sungguh berpikir ia sudah menjadi sungguh bersemangat,” kata Wallace.
“Tidak ada orang waras yang hendak melaksanakan apa yang kita lihat di layar televisi hari ini,” pungkasnya.
Rusia mengatakan, para pemimpin Barat mengalami Russophobia.
Moskow juga menuduh AS dan sekutu sudah bermaksud melemahkan Rusia selama beberapa dekade.
Menteri Pertahanan Inggris menilai, serdadu Rusia gagal meraih tujuan utamanya.
Hal ini bertentangan dengan klaim Kementerian Pertahanan Rusia yang menyampaikan sudah meraih semua tujuan terutama pada hari pertama operasi militer.
“Berlawanan dengan klaim besar Rusia, dan memang visi Presiden Putin bahwa entah bagaimana orang-orang Ukraina akan dibebaskan dan akan berbondong-bondong ke tujuannya, ia sungguh-sungguh salah, dan serdadu Rusia sudah gagal, pada hari pertama, tujuan utamanya,” kata Wallace.
Rusia, kata Wallace, sejauh ini sudah kehilangan lebih dari 450 personel.
Taiwan Ikut Jatuhkan Sanksi
Taiwan turut menjatuhkan hukuman terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, kata pemerintah pada Jumat (25/2/2022).
“Kami sungguh mengutuk tindakan invasi semacam itu dan akan bergabung dengan negara-negara demokratis untuk bahu-membahu menjatuhkan sanksi,” kata Perdana Menteri, Su Tseng-chang terhadap wartawan di Taipei tanpa menampilkan rincian, dilaporkan Reuters.
Menteri Ekonomi Taiwan, Wang Mei-hua mengatakan, pemerintah akan meneliti ekspor ke Rusia dan berkoordinasi dengan sekutu untuk tindakan lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri dalam dalam suatu pernyataan menyampaikan Taiwan, kunci rantai pasokan semikonduktor global, akan “berkoordinasi dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang berpikiran sama untuk mengadopsi tindakan yang sempurna guna membebaskan Ukraina dari kengerian perang.”

Ditanya wacana sanksi, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC), penyuplai utama Apple Inc (AAPL.O) dan perusahaan terdaftar paling bermanfaat di Asia, menyampaikan akan mengikuti hukum kendali ekspor.
Rusia bukanlah pasar utama untuk barang-barang Taiwan.
Perdagangan Taiwan dengan Ukraina dan Rusia masing-masing menyumbang kurang dari 1% dari totalnya, menurut data pemerintah.
Kontrak gas alam Taiwan dengan Rusia akan rampung pada Maret dan Taiwan akan mendiversifikasi pasokannya, kata kementerian ekonomi pada Kamis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)